Kenaikan Harga Santan di Malaysia Membebani Konsumen dan Pelaku Usaha

Harga santan di Malaysia mengalami lonjakan signifikan sejak awal tahun 2025, memicu kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku usaha kuliner. Di beberapa daerah seperti Terengganu, harga santan segar dilaporkan mencapai RM20 per kilogram, jauh melampaui harga maksimum yang ditetapkan pemerintah sebesar RM17,50 per kilogram.

Kenaikan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk berkurangnya pasokan kelapa lokal akibat serangan hama kumbang merah dan kondisi cuaca ekstrem seperti kemarau dan banjir. Selain itu, peningkatan ekspor kelapa dari Indonesia ke China telah menyebabkan harga kelapa impor naik, memperparah situasi pasokan di dalam negeri.

Dampaknya, banyak pelaku usaha makanan, terutama yang mengandalkan santan sebagai bahan utama, terpaksa menghentikan penjualan atau menaikkan harga produk mereka. Misalnya, seorang penjual laksa di Gua Musang mengaku harus menghentikan penjualan karena tidak mampu menanggung biaya santan yang melonjak. ​

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Kos Sara Hidup (KPDN) telah menetapkan harga maksimum santan dan melakukan pemantauan ketat terhadap kepatuhan harga di pasar. Namun, lonjakan harga yang melebihi batas ini menunjukkan perlunya langkah-langkah tambahan untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan santan di pasar.​

Situasi ini menyoroti pentingnya diversifikasi sumber pasokan dan penguatan produksi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor serta meningkatkan ketahanan pangan nasional.